Daeng Sangkala adalah seorang pemuda Bugis yang merantau ke Ternate. Di Ternate, Daeng Sangkala bertetangga dengan Ungke.
Suatu sore saat hendak keluar rumah, Ungke menyapanya, “Daeng Sangkala, mo pi mana tuh?”
“Eh, Ungke, ini mi mo pergi ke pelabuhang.”
“Adu, Daeng. Pelabuhan, bukan pelabuhang.”
“Terserah,” jawab Daeng kesal sambil berlalu.
Keesokan harinya Daeng kembali bertemu Ungke.
“Om Daeng dari mana?” tanya Ungke seperti biasa.
“Dari pelabuhan, Ungke.”
“Wah sekarang Daeng so bisa bilang pelabuhan tanpa ng e.”
“Iyo to, soalnya so latihang.”
“Astaga, latihan, bukan latihang, Daeng.”
Kalau Kereta Berlari
Suatu ketika Ungke dan sahabat sekelasnya, Imad, mengikuti olimpiade di Jakarta mewakili sekolah. Ini kali pertama mereka berdua ke kota besar.
Mereka pun meminta diajak keliling Jakarta kepada seroang pendamping. Saat keliling dan tiba di sebuah jembatan penyeberangan, ada kereta yang melintas di bawah jembatan.
Imad lalu berbisik pada Ungke,
“Eh, Ungke, ngana lia itu benda e,” sambil menunjuk kereta yang barusan lewat.
“Kenapa?” tanya Ungke
“Coba bayangkan. Merayap saja begitu cepat, apalagi berdiri. Mama eee, akan seperti kilat dia lari!”
Ungke tra bisa membayangkan.
Lucu atau ga lucu coment aja lahk :"v